Sarana
dan Prasarana SMA Negeri 1 Enrekang yang Kurang Optimal
Sekolah
dapat diartikan sebagai wadah dari kumpulan manusia yang bekerja sama untuk
mencapai tujuan tertentu yankni tujuan pendidikan. Keberhasilan program
pendidikan dalam proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor misalnya sarana dan prasarana sekolah. Apabila faktor tersebut terpenuhi
dengan baik dan bermutu serta proses belajar bermutu, pada gilirannya akan
menghasilkan peningkatan mutu pendidikan di Negara kita ini.
Banyak
sekali sekolah di Indonesia yang memiliki sarana dan prasarana yang kurang baik
namun tidak sedikit pulan sekolah di Indonesia yang memiliki sarana dan
prasarana yang baik. Misalnya SMA Negeri 1 Enrekang yang merupakan sekolah
favorit di Enrekang, Sulawesi Selatan. SMA Negeri 1 Enrekang memiliki sarana
dan prasarana yang baik namun masih ada saja kekurangannya.
SMA
Negeri 1 Enrekang memiliki 28 ruang kelas namun jumlah siswanya lebih dari 900
siswa dan ada satu kelas yang tidak mendapat ruang kelas sehingga mereka di
tempatkan di ruang MGMP. Ada beberapa kelas pun yang memiliki jumlah siswa
melebihi kapasitas maksimum ruang kelas yaitu sekitar 28 sampai 30 siswa.
Seharusnya pihak sekolah membangun beberapa kelas lagi dan mengusahakan agar
tidak terlalu banyak calon siswa yang diterima sehingga semua siswa mendapat
ruang kelas yang layak serta tidak melebihi kapasitas maksimum.
SMA
Negeri 1 Enrekang juga memiliki beberapa laboratorium diantaranya laboratorium
biologi, laboratorium fisika, laboratorium kimia, dan laboratorium komputer. Laboratorium-laboratorium
disana memiliki alat-alat yang terbilang lengkap. Meskipun begitu, laboratorium
di SMA Negeri 1 Enrekang masih tergolong tidak memenuhi standar. Hal ini
disebabkan karena beberapa faktor, faktor pertama yaitu kurangya atau tidak
berfungsinya alat-alat di laboratorium misalnya tidak ada jas laboratorium,
kursi yang rusak atau patah, dan habisnya suatu zat yang akan digunakan untuk
praktik. Faktor kedua yaitu kurangnya kesadaran siswa maupun guru sehingga
melanggar tata tertib saat di laboratorium misalnya membawa makanan dan minuman
ke dalam laboratorium, membuang sampah di dalam laboratorium, tidak
membersihkan laboratorium setelah digunakan, dan membawa tas masuk ke dalam
laboratorium komputer.
Perpustakaan
SMA Negeri 1 Enrekang terbilang sangat baik namun masih kurang minat baca di
sekolah tersebut. Setiap buku, meja, dan kursi tertata dengan rapih. Meskipun
begitu, buku-buku yang ada di perpustakaan tersebut kurang lengkap karena masih
ada siswa yang ingin meminjam buku mata pelajaran tertentu namun tidak
mendapatkannya karena kehabisan.
Di SMA
Negeri 1 Enreknag terdapat Mushollah dan beberapa lapangan yang cukup bersih.
Akan tetapi, terkadang air di tempat wudhu tersebut mati sehingga menyulitkan
siswa maupun guru muslim untuk shalat. Disamping itu, ada juga siswa maupun
guru muslim yang tidak shalat berjamaah di musholla tersebut. Lapangan disana
juga masih kurang baik karena tidak ratanya lapangan serta lunturnya cat pada
garis lapangan.
SMA Negeri
1 Enrekang juga memiliki beberapa kantin dan WC. Kantin disana sangat dijaga
kebersihannya oleh penjual disana namun masih ada saja siswa yang membuang
samapah sembarangan. Beberapa WC disana kotor, bau, airnya tersumbat, dan
bahkan klosetnya mampet. Hal ini terjadi karena tidak adanya kesadaran dari
setiap siswa yang telah menggunakan WC tersebut untuk membersihkannya.
Alat-alat
penunjang proses pembelajaran lainnya pun masih kurang optimal. Misalnya CCTV
yang tidak tersebar merata di tiap-tiap kelas dan tempat lainnya, tempat parker
yang tidak dapat menampung semua kendaraan siswa, serta Wifi yang masih lemot.
Alat-alat olahraga juga ada beberapa yang kurang baik seperti bola yang kempes
maupun net yang robek.
Ketidakpedulian
dari sekolah terhadap perawatan fasilitas yang ada menjadikan buruknya sarana
dan prasarana. Sikap acuh tak acuh dan tidak adanya pengawasan membuat banyak
fasilitas sekolah yang terbengkalai. Ketidaknyamanan menggunakan fasilitas yang
ada akibat kondisi yang banyak rusak membuat para siswa enggan menggunakannya. Hal ini biasanya
terjadi karena tidak adanya kesadaran dari setiap guru, siswa, dan pengurus
sekolah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar